Rabu, 14 Desember 2016

Tes Kepribadiaan EPPS Berbasis Komputer

Nama anggota kelompok:
Allysa Puspacinta                    (10513711)
Andiani Dini Putri                  (10513877)
Anisa Rahma Hanifa               (11513078)
Dicky Noviandi R                   (12513423)
Dinda Deniati Pandini             (12513549)
Nurfadillah Ami Santika         (19513781)

EPPS
1.    Sejarah tes EPPS
Psikolog Amerika Henry Murray mengembangkan teori kepribadian yang diselenggarakan dalam hal motif, menekan, dan kebutuhan. Murray menggambarkan kebutuhan sebagai potensi atau kesiapan untuk merespon dengan cara tertentu dalam keadaan tertentu diberikan.
Teori kepribadian berdasarkan kebutuhan dan motif menunjukkan bahwa kepribadian kita adalah refleksi dari perilaku yang dikendalikan oleh kebutuhan. Sementara beberapa kebutuhan bersifat sementara dan berubah, kebutuhan lain yang lebih mendalam duduk di alam kita. Menurut Murray, kebutuhan-kebutuhan psikogenik berfungsi sebagian besar pada tingkat bawah sadar, tapi memainkan peran utama dalam kepribadian kita.
Kepribadian Form Penelitian dan Jackson Personality Inventory juga terstruktur tes kepribadian berdasarkan teori Murray kebutuhan tapi dibangun sedikit berbeda dari EPPS dengan harapan validitas meningkat.
Tes EPPS ini telah diterbitkan dalam jangka waktu yang lama oleh The Corporation Psikologis, dan sekarang dikenal dengan Penilaian Harcourt. Pada tahun 2002 hak penerbitan di seluruh dunia dikembalikan pada Harcourt Allen L. Edwards Life Trust. Untuk wilayah Eropa, EPPS diterbitkan oleh Dimensi Test.
Dikembangkan oleh psikolog dan University of Washington profesor, Allen L. Edwards, EdwardsPersonal Preference Schedule (EPPS) adalah pilihan paksa, obyektif, persediaan kepribadian non-proyektif. Target audiens di antara usia 16-85 dan memakan waktu sekitar 45 menit untuk menyelesaikan. Edwards, yang merevolusi penelitian psikologi dengan teknik statistik baru, berasalkonten pengujian dari teori sistem kebutuhan manusia yang diusulkan oleh Henry Alexander Murray,yang mengukur rating individu dalam lima belas kebutuhan normal atau motif. The EPPS dirancang untuk menggambarkan relatif pentingnya individu beberapa kebutuhan yang signifikan dan motif. hal ini berguna dalam situasi konseling ketika tanggapan ditelaah dengan terperiksa.
EPPS adalah salah satu tes verbal, dimana karena sifat-sifat dari tes verbal ini bisa membuat individu menjadi waspada, sehingga bisa saja berbohong. Namun harus diingat bahwa korelasi antara apa yang dicerminkan keluar dengan keadaan ”dalamnya” mempunyai korelasi yang tinggi (0,871).
EPPS dituangkan dalam bentuk forced choice technique (fct), sesuai dengan kehidupan sehari-hari merupakan pencerminan keadaan sehari-hari, dimana individu dipaksakan untuk memilih sesuatu dan implisit berarti menolak yang lain. Di sini individu harus memilih salah satu pernyatan yang lebih disukainya.
EPPS merupakan tes kepribadian yang bersifat verbal dan memakai forced choice technique (fct). Sifatnya memilih, diantarkan kepada pilihannya (walaupun dasarnya juga alternatif, A atau B namun disertai kata-kata yang sifatnya mengantar kepada pilihannya). Tes kepribadian ini untuk melihat kecenderungan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Menurut Edwards (1953) kebutuhan-kebutuhan seseorang dapat diklasifikasikan ke dalam 15 golongan yang dibuat berdasarkan daftar kebutuhan pokok manusia, yang disusun oleh Henry Murray dan kawan-kawan (1938).

2.    Pengertian tes EPPS
Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. Edward menyiapkan beberapa butir soal sesuai dengan kebutuhan itu. Tes ini biasanya digunakan orang-orang yang akan memasuki dunia pekerjaan. (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Salah satu tes kepribadian adalah EPPS atau Edward Personal Preference Schedue. EPPS adalah tes untuk mengukur kecenderungan-kesenderungan yag kita sukai dan megenai perasaan dalam bentuk soal-soal berpasangan.perlu diketahui bahwa penyataan tersebut bisa keluar berulang di soal lain, sehingga ada perlu memperhatika kosistensi anda.Tes ini digunakan untuk mengetahui 15 variabel kepribadian seseorang.(Tim Bintang Edukasi,2016)
Berdasarkan pendapat para ahli diatas EPPS atau Edward Pesonal Preference Schedule adalah salah satu tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. tes ini untuk mengukur kecenderungan-kesenderungan yang kita sukai dan megenai perasaan dalam bentuk soal-soal berpasangan.

3.        Tujuan dan manfaat
Tes EPPS untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama.
Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati & Suryaningrum, 2005). Dalam menjawab item-item EPPS, subyek memiliki kecenderungan untuk melakukan press. Untuk menyiasati hal tersebut, Edward berusaha membuat pasangan-pasangan pernyataan imbang, jumlahnya antara yang mengandung press dengan yang tidak. Dari EPPS akan dihasilkan suatu need profil atau kepribadian seseorang. Hal ini sifatnya ipsative, yaitu untuk membandingkan need profil seseorang dengan yang lain harus dibandingkan keseluruhan need profil tersebut dan bukan setiap need-nya. Membandingkan setiap need dari seseorang hanya boleh dilakukan bila bersifat kelompok (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).

4.        Langkah-langkah alat tes
  1. Instruksi EPPS
Berikut ini instruksi yang harus dilakukan Testee (orang yang melakukan tes) dalam menyelesaikan tes  kepribadiaan EPPS:
1)        Testee memilih satu dari dua pernyataan yang telah disediakan (A atau B) yang lebih menggambarkan dirinya.
2)      Apabila dua pernyataan tersebut sama-sama tidak disukai atau sama-sama disukai, testee tetap harus memilih mana yang lebih khas menggambarkan dirinya.
3)      Pilihan harus berdasarkan perasaan testeetidak berdasarkan apa yang dianggap wajar.
4)      Tidak ada jawaban benar atau salah.
5)      Jangan ada item yang terlewati.

b.      Langkah-langkah Pengerjaan Tes EPPS Secara Online

1)      Testee diminta untuk mengisi form biodata
2)      Form digunakan testee untuk melakukan tes secara online, setelah testee mengisi biodata. Pada form ini, ditampikan informasi tentang: nomer tes, waktu yang telah digunakan, tombol mulai tes, tombol untuk menuju nomer tes tertentu, tombol untuk menampilkan jawaban tes yang telah diisi oleh testee, tombol untuk kembali ke nomer tes sebelumnya atau ke nomer tes selanjutnya dan tombol selesai.
3)   Form isi tes manual dibawah ini digunakan untuk mengisi hasil tes kepribadiaan EPPS yang dilakukan secara manual terlebih dahulu (diisi oleh testee dikertas).
4)   Didalam form hasil analisa, otomatis akan ditampilkan hasil 15 Need dengan kategori: sangat rendah, rendah, cenderung rendah, rata-rata, cenderung tinggi, tinggi dan sangat tinggi. Hasil Cons (consistency) juga ditampilkan dengan hasil deskriptif  VALID atau NOT VALID. Isian Interpretasi disediakan untuk menampung catatan interpretasi pihak yang berkompeten didalam membaca hasil analisa tes kepribadiaan EPPS.
5)  Hasil analisa tes EPPS disediakan dalam bentuk laporan untuk memudahkan membaca hasil tersebut.

5.      Tahapan tes EPPS
a.       Tahapan dalam bentuk flowchart


Hak Akses Pengguna
Pada pengembangan aplikasi tes kepribadian EPPS terdapat 2 user : Administrator dan User, dimana masing-masing user tersebut dibedakan berdasarkan hak aksesnya.
a)      Administrator
Mempunyai hak akses pada keseluruhan data master, proses tes dan penyajian laporan.
b)      User
Hanya mempunyai hak akses melakukan tes secara online.

a.       Tahapan dalam bentuk narasi

1.        Perbandingan tes kepribadian EPPS manual dengan komputer
Tes EPPS Berbasis Komputer merupakan tes yang diselenggarakan dengan menggunakan komputer. Karakteristik dari tes menggunakan komputer ini sebenarnya sama dengan tes EPPS manual yaitu menggunakan satu perangakat tes dengan isi dan panjang tes yang sama. Perbedaannya terletak pada teknik penyampaian butir soal yang tidak lagi meggunakan kertas (paper), baik untuk naskah soal maupun lembar jawaban. Sistem skoring atau koreksi langsung dilakukan oleh komputer. Dan biasanya peserta tes bisa mengerjakan dan melihat butir soal dari nomor pertama sampai dengan terakhir.  Tes EPPS berbasis komputer lebih mudah dan tidak memerlukan alat tulis apapun seperti penggunaan tes EPPS manual.
2.        Kesimpulan dan Saran
Jadi dapat disimpulkan EPPS atau Edward Pesonal Preference Schedule adalah salah satu tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. Tes ini untuk mengukur kecenderungan-kecenderungan yang kita sukai dan megenai perasaan dalam bentuk soal-soal berpasangan. Tujuan dari EPPS adalah untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Perbedaan EPPS manual dengan sistem komputer terletak dari alat yang digunakan. Mahasiswa psikologi dan psikolog diharapkan memahami dan mengaplikasikan test menggunakan EPPS online karena penggunaan teknologi semakin berkembang dan kita harus memanfaatkan teknologi sebagai sarana maupun media yang dapat memudahkan dalam pelaksanaan test psikologis.

Daftar pustaka

Karmiyati., Diah., & Suryaningrum, C. (2005). Pengantar Psikologi Proyektif. UMM Press. Malang

Tim Bintang Edukasi. (2016). Big Job Test Terlengkap.  Edisi Pertama. Jakarta: Tim Bintang Wahyu.

Amelia, T., & Indriyanti, R. (2010). Pengembangan aplikasi tes kepribadian menggunakan metode edward’s personal preference schedule (epps). In: Seminar Nasional Sistem & Teknologi Informasi (SNASTI).


Rabu, 02 November 2016

Sistem Informasi Psikologi

Untuk membangun sistem informasi psikologi, kita perlu menyiapkan kebutuhan untuk elemen sistem dan karakteristik sistem yang yang akan dibangun.
1. Elemen Sistem 
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain. 
Tujuan Sistem merupakan target atau sasaran akhir yang ingin dicapai oleh suatu sistem. Agar target tersebut bisa tercapai, maka target tersebut harus diketahui terlebih dahulu kriterianya. Kriteria dapat juga digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai keberhasilan suatu sistem dan menjadi dasar dilakukannya uatu pengendalian.
Masukan sistem (input) dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu:
a. Serial Input adalah input yang diperoleh sebagai hasil atau output sistem sebelumnya. 
b. Probable input adalah potensial input yang dapat digunakan oleh suatu sistem
c. Feedback input adalah bagian output dari sistem yang sama yang digunakan sebagai kontrol. 
2. Karakteristik Sistem
Untuk memahami suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Berikut adalah karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem lainnya:
a. Batasan (Boundary) adalah penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk didalam sistem dan mana yang di luar sistem.
b. Lingkungan (environment) adalah segala sesuatu di luar sistem, lingkungan yang menyediakan asusmsi, kendala, dan input terhadap suatu sistem.
c. Masukan (input) adalah sumber data (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsikan dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
d. Keluaran (output) adalah sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layar computer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan dalam suatu sistem. 
e. Komponen (component) adalah kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). 
f. Penghubung (interface) merupakan tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi.
g. Penyimpanan (Storage) adalah area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpan sementara dan tetap dari informasi, energy, bahan baku, dan sebagainya. 
3. Model sistem Informasi Psikologi secara manual
Sistem Informasi Psikologi adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan psikologis. Penggunaan sistem informasi dalam psikologi dimungkinkan karena banyak hal dalam dunia psikologi yang dikelola menggunakan komputerisasi. Contohnya yaitu E-Counseling merupakan salah satu bentuk nyata aplikasi Teknologi Informasi dalam bidang Psikologi. Internet menawarkan suatu proses psikoterapis yang menggunakan suatu media komunikasi yang baru, dimana melalui media tersebut mereka dapat memberikan intervensi psikoterapi itulah yang disebut dengan E-counseling atau email counseling. Email counseling merupakan pelayanan intervensi psikologi yang dilakukan melalui internet, dimana proses terapi lebih dahulu dilakukan melalui media ini, UNTUK kemudian menyusun rencana dalam melakukan intervensi psikologis secara face-to-face akan dilakukan. Fungsi dari e-counseling adalah untuk membantu terapis dalam mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan kliennya sebelum akhirnya terapis dan klien sepakat untuk bertemu secara langsung untuk melakukan proses TERAPIS selanjutnya.

Daftar Pustaka:
Fatta, H. A.(2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: Andi 
Djahir, Y., Pratita, D.(2014). Bahan ajar sistem informasi manajemen. Yogyakarta: Deepublish.

Senin, 03 Oktober 2016

Sistem Informasi Psikologi

1.  Pengertian Sistem
v  Sistem menurut Indrajit mengemukakan bahwa sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
v  Menurut Lani Sidharta sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama.
v  Menurut Jogianto sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
v  Jadi dapat disimpulkan Sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.

2.  Pengertian Informasi
v  Menurut Gordon B. Davis informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan yang akan datang.
v  Menurut Robert G, Murdick, informasi adalah data yang telah diambil kembali, diolah, atau sebaliknya digunakan untuk tujuan kesimpulan nilai argumentasi, atau sebagai dasar untuk peramalan atau pengambilan keputusan.
v  Menurut Amsyah Informasi adalah data yang sudah diolah kedalam bentuk tertentu sesuai dengan keperluan pemakaian informasi tersebut.
v  Jadi dapat disimpulkan Informasi adalah data yang telah diolah kedalam bentuk tertentu yang digunakan untuk pengambilan keputusan.

3.  Pengertian Psikologi
v  Menurut Wilhelm Wundt Psikologi adalah ilmu yang mempelajari kesadaran manusia
v  Woodworth dan Marquis berpendapat Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yang terlihat maupun yang tidak telihat meliputi aktivitas fisik, emosional, dan berpikir.
v  Menurut Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakekat jiwa serta prosesnya.
v  Jadi psikologi adalah ilmu yang mempelajari kesadaran manusia, tingkah laku manusia, dan tentang hakekat jiwa serta prosesnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan sistem informasi psikologi adalah komponen-komponen yang saling berhubungan yang kemudian diolah menjadi informasi mengenai ilmu psikologi.
Contoh dalam sistem informasi psikologi ini adalah software alat tes seperti papikostik, ist dan tes IQ lainnya.
Daftar Pustaka:
Hutahaean, J. (2014). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish.
Amsyah, Zulkifli. (2005). Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi umum. Depok: Universitas Gunadarma.

Sabtu, 18 Juni 2016

Psikoterapi : Humanistik

A.  Humanistik
Perbedaan psikologi humanistik dengan tiga aliran utama psikologi, diawali dari tokoh-tokoh utama psikologi humanistik, yaitu Maslow yang mengemukakan teori hierarki kebbutuhan manusia, Rogers yang memperkenalkan client-centered therapy,dan Rollo May yang mendalami pemanfaatan filsafat eksistensialisme dan fenomenologi pada kajian masalah-masalah psikologi.
Psikologi humanistik terutama berorientasi pada nilai-nilai manusia. Maslow dan Rogers, misalnya, berpandangan bahwa perkembangan manusia mengarah pada aktualisasi diri. Karena itu, menurut mereka pada dasarnya manusia ini mempunyai kekuatan intrinsik yang pada hakikatnya mengarahkan dia untuk menjadi baik. Namun pandangan ini ditentang oleh beberapa tokoh psikologi humanistik yang menyatakan sebaliknya.
Bebetapa istilah lain dari Kekuatan Ketiga yaitu; 'self-awareness movement'(karena kesadaran diri menjadi salah satu kunci dalam psikologi humanistik), 'human potential movement' (karena ditujukan untuk selalu lebih memanfaatkan poteni manusia sepenuhnya), 'personal growth' (karena didasarkan pada keyakinan bahwa manusia dapat berkembang dari batas yang ia yakini sebelumnya, jika ia memperoleh kesempatan yang tepat dan diberi keleluasaan pengambangan diri).
B.  Teknik-teknik Terapi Humanistik
 Teknik yang digunakan dalam terapi humanistik antara lain:
1.     Person-centered Therapy (Carl R. Rogers)
Manifestasi teori kepribadian dalam keyakinan terhadap pendekatan PCT terdapat tiga kondisi yang membentuk iklim yang meningkatkan pertumbuhan tersebut, yaitu: (1) genuineness, realness or cogruence, (2) acceptance or caring or prizing-unconditional positive regard, dan (3) empathic understanding. Teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-maalah penyesuaian diri yang sederhana. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju aktualisasi diri.
2.    Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Tokoh dari terapi ini adalah Frederick dan Solomon perls. Gagasan dari psikoloogi gestalt yaitu keseluruhan yang lebih dari pada penjumlahan atas bagian-bagiannya. Teori gestalt bersifat antireduksionistik. Perls menggunakan kata gestalt untuk menerangkan satu-satunya hukum tentang fungsi manusia secara universal, yakni setiap organisme yang mempunyai kecenderungan mengarah kepada kebulatan. Segala sesuatu yang membahayakan organisme dan menimbulkan situasi yang belum selesai yang tentu saja perlu diselesaikan (sehingga menjadi bulat) . Tugas utama terapis adalah membantu pasien untuk mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang (here and now)
3.    Transactional Analysis (Eric Berne)
Terapi ini dikembangkan oleh Eric Berne. Transactional Analysis Therapy atau terapi Analisis Transaksional (A. T.) Analisis Transaksional merupakan bentuk terapi yang lebih memfokuskan pada kemampuan individu untuk mengambil keputusan baru. Terapi ini menekankan aspek kognitif-rasional-behavioral dalam membuat keputusan baru.
4.    Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas, berpikir, bernafas, dan berkehendak. Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC
5.    Logotherapy (Viktor Frankl)
Logotherapy dikembangkan oleh ahli saraf dan psikiater Viktor Frankl. Viktor E. Frankl dilahirkan di Wina, Austria pada tanggal 26 Maret 1905. Logotherapy berasal dari kata logos (Yunani), yang dapat diartikan sebagai arti dan semangat. Manusia butuh untuk mencari arti kehidupan mereka dan logoterapi membantu kliennya dalam pencarian. Logoterapi dilandasi keyakinan bahwa itu adalah berjuang untuk menemukan makna dalam kehidupan seseorang yang utama, yang paling kuat memotivasi dan pendorong dalam manusia.
6.    Existential Analysis (Rolloy May, James F. T. Bugental)
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being)
C.   Kasus
Andi seorang kepala rumah tangga yang bekerja sebagai buruh pemotong kayu disalah satu pabrik. Beberapa waktu yang lalu andi mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan tangan kanannya, sehingga dia mengalami syok. Pada akhirnya dia mengalami depresi yang mengakibatkan ingin bunuh diri karena tidak dapat menerima kenyataan. Andi merasa tidak berguna lagi, karena tidak dapat mencari nafkah bagi keluarganya.
d.  Penanganan
Menurut saya, apabila klien mengalami depresi yang mengakibatkan ingin bunuh diri ini, maka teknik terapi humanistik yang digunakan adalah menggunakan logoterapi, yaitu dengan cara memberikan motivasi kepada klien. Klien didorong untuk menunjukan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka menemukan makna dibalik pernderitaan tersebut.


Daftar Pustaka
Goble, F. G., (1987). Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius
Gerald C. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Terapi, Bandung:Refika Aditama




Minggu, 10 Januari 2016

Review Jurnal Job enrichment

Kelompok 4 (pepaya) :
Allysa Puspacinta
Andiani Dini Putri
Anisa Rahma Hanifa
Dinda Deniati Pandini  
Nurfadillah Ami Santika

JUDUL
Enhancing Role Breadth Self-Efficacy: The Roles of Job Enrichment and Other Organizational Interventions
PENULIS
Sharon K. Parker
JURNAL
Journal of Applied Psychology
VOL  & NOMOR
Vol. 83, No. 6, 835-852
TAHUN
1998
REVIEWER
Allysa Puspacinta,Andiani Dini Putri,Anisa Rahma Hanifa,Dinda Deniati Pandini & Nurfadillah Ami Santika


TANGGAL REVIEW
8 Januari 2016
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan Peran Breadth Self-Efficacy: Peran Job Enrichment dan
Intervensi Organisasi lainnya.
LATAR BELAKANG
Peran luasnya self-efficacy (RBSE) mengacu pada kemampuan yang dirasakan karyawan membawa satu set yang lebih luas dan lebih proaktif dari tugas pekerjaan yang melampaui ditentukan teknis persyaratan. Sebuah skala baru dikembangkan dari RBSE adalah internal konsisten dan berbeda dari konsep terkait kepribadian proaktif dan harga diri. Dalam sebuah cross sectional awal
Penelitian (N = 580), variabel desain kerja (job enrichment, pembesaran pekerjaan, dan keanggotaan kelompok perbaikan) adalah prediktor organisasi kunci RBSE. Penyelidikan ini diulangi dalam studi cross-sectional kedua (N = 622) dan diperpanjang dengan memeriksa perubahan dari waktu ke waktu (N = 459). Analisis membujur menunjukkan bahwa peningkatan pengayaan pekerjaan dan peningkatan kualitas komunikasi meramalkan
pengembangan lebih self-efficacy.
SUBJEK
Sampel cross-sectional pada waktu 1 termasuk 622 peserta yang usia berkisar 16-63 tahun (M = 38,07, SD = 10,40) dan yang kepemilikan berkisar dari kurang dari 1 tahun sampai 22 tahun (M --- 8.08, SD = 6.98). Enam persen dari peserta perempuan, dan 20% memiliki kontrak kerja sementara. Pada waktu 2, ada 778 peserta yang menyelesaikan kuesioner (ukuran sampel meningkat dibandingkan dengan waktu 1 adalah karena ekspansi tenaga kerja untuk mengatasi lebih besar permintaan di seluruh dunia untuk produk). Dari jumlah tersebut, 459 peserta juga telah menyelesaikan survei sebelumnya dan itu cocok ini sampel yang digunakan untuk komponen longitudinal.
METODE
dua studi lapangan yang dilakukan di perusahaan terpisah yang menguji proposisi penelitian. Studi pertama didasarkan pada data cross-sectional. Itu Keberadaan asosiasi cross-sectional antara organisasi praktek dan RBSE.
KESIMPULAN
proposisi bahwa berbagai intervensi organisasi dapat mempromosikan sejauh yang karyawan merasa percaya diri untuk mengambil berbagai proaktif, interpersonal, dan integratif tugas - yaitu, untuk meningkatkan RBSE mereka. Menggunakan skala baru dikembangkan, terbukti handal dan valid, saya melakukan dua bidang studi yang bersama-sama memberikan dukungan untuk proposisi ini, meskipun menunjukkan bahwa hanya memilih praktik organisasi bentuk pengembangan RBSE. Pada tingkat umum, implikasi penting dari temuan ini adalah bahwa serta membangun tenaga kerja dengan tinggi self-efficacy dengan merekrut tepat karyawan (seperti yang dengan harga diri yang tinggi, dengan gaya kepribadian proaktif, atau dengan tingkat tinggi kemampuan kognitif dan motivasi intrinsik), yang self-efficacy karyawan yang ada dapat ditingkatkan melalui organisasi intervensi.