Sejak beberapa dekade terakhir, penggunaan
insektisida DDT terus dibatasi, akibat dampak sampingannya yang merugikan.
Unsur aktiv dalam DDT adalah senyawa Halogen, yang kebanyakan digolongkan
sebagai bahan pencemar lingkungan. Namun, ikatan Halogen alami, diharapkan
mampu menggantikan peranan halogen industri, baik sebagai racun anti hama
maupun untuk pengobatan.
Racun serangga DDT mengandung ikatan unsur
Halogen, yang amat beracun dan sulit diuraikan secara alami. Timbunan DDT pada
lemak binatang, masuk ke dalam rantai makanan, dan kembali kepada manusia
sebagai racun yang mematikan. Yang dipermasalahkan tentu saja ikatan
Halogennya. Sama seperti pelarangan Chloro-Fluor-Carbon CFC yang digunakan
sebagai pendingin kulkas, atau pestisida dan obat suci hama yang mengandung
ikatan Brom serta Chlor.
Memang berdasarkan sifatnya, banyak senyawa
Halogen yang tergolong bahan pencemar, yang meracuni lingkungan atau
menyebabkan bolongnya lapisan Ozon. Terutama senyawa Halogen yang dibuat secara
sintetis oleh industri kimia. Tapi jangan dilupakan, alam juga menghasilkan
senyawa Halogen. Tapi volumenya tidaklah sebanyak buatan manusia. Karena
itulah, para peneliti menekankan, jangan memandang keberadaan senyawa Halogen secara
hitam-putih. Dalam arti, senyawa ini hanya memiliki dampak negatif. Jika
dilihat adanya senyawa Halogen alami, tentu ada khasiat yang dapat diperoleh,
jika senyawa ini diteliti dengan saksama
Unsur Reaktif
Tentu saja orang awam yang bukan pakar kimia,
mempertanyakan apa unsur Halogen itu? Mengapa dalam beberapa dekade terakhir
ini sangat ditakuti? Bahkan sampai ada kesepakatan internasional, yang disebut Protokol
Montreal?, untuk mengurangi produksi senyawa Halogen yang merusak lapisan Ozon.
Yang termasuk keluarga unsur Halogen, adalah lima unsur yang berada pada deret
ke tujuh tabel periodik unsur kimia. Masing-masing Fluor, Chlor, Brom, Iod dan
Astat. Nama Halogen yang artinya pembentuk garam, memiliki tujuh elektron pada
lapisan terluarnya. Artinya, terdapat kekurangan satu elektron untuk membentuk
lapisan valensi yang utuh, yang menjadikan atomnya stabil. Karena itu, unsur
Halogen selalu mencari pasangan elektron untuk mencapai stabilitas.
Dengan sifat yang reaktif ini, Halogen
biasanya membentuk dua macam ikatan. Yakni ikatan ionik dengan unsur logam,
atau ikatan kovalen dengan unsur non-logam. Contoh yang paling akrab dengan
kita, adalah ikatan ionik dari unsur Halogen Natrium dan Chlor, alias garam
dapur. Sementara ikatan kovalen, biasanya terjadi dengan unsur Karbon dan
membentuk apa yang disebut Halogen-organik. Dari situ terlihat, tidak semua
ikatan unsur Halogen bersifat merugikan. Bahkan amat berguna bagi kehidupan
manusia, seperti contohnya garam dapur, atau obat antibiotika Vancomycin.
Halogen Organik
Sekarang ini, selain mewaspadai dampak dari
senyawa Halogen yang merusak lingkungan, seperti CFC, DDT atau Dioxin, para
peneliti juga terus mencari unsur aktif dari ikatan tsb. Terutama diketahui, di
lautan terdapat banyak flora dan fauna yang memproduksi ikatan halogen-organik,
dalam proses metabolismenya. Misalnya saja berbagai jenis terumbu karang, spons
atau ganggang laut. Flora atau fauna laut ini, memproduksi senyawa
halogen-organik, untuk mengusir musuhnya. Karena sifat alaminya, terumbu karang
atau spons, tumbuh di satu tempat dan tidak bisa bergerak secara mobil. Jika
tidak dilengkapi unsur kimia untuk melindungi diri, mungkin jenisnya sudah lama
musnah dimakan pemangsa.
Spons laut misalnya, memproduksi senyawa
Dioxin yang juga mengandung unsur Brom. Kita tentu ingat bencana Dioxin dari
fabrik kimia di Seveso Italia atau di Bhopal India, yang menewaskan ribuan
orang serta membuat cacat tetap puluhanribu orang lainnya. Dioxin yang
diproduksi alam juga bersifat sama seperti yang dibuat industri. Yakni
memusnahkan hama atau makhluk pengganggu. Dioxin yang diproduksi Spons,
berfungsi mencegah perkembang biakan bakteri dan serangan kerang laut. Berbeda
dengan Dioxin yang dibuat secara sintetis, senyawa halogen-organik dari alam
itu, tidak mencemari lingkungan, tetapi hanya menghambat serangan musuh
alaminya
Selain di lautan, sejumlah tumbuhan di
daratan juga memproduksi senyawa halogen-organik, walaupun tidak sebanyak flora
dan fauna laut. Misalnya saja sejenis bunga teratai yang bisa dimakan di Jepang,
mengandung hingga tujuh macam fungisida dari ikatan Chlor. Atau jamur Penisilin
yang merupakan obat anti-biotika pertama yang ditemukan, mengandung unsur
Dichlor Phenol sebagai hormon pertumbuhan. Unsur ikatan chlor yang serupa, juga
dapat dijadikan herbisida, termasuk juga senjata kimia perontok daun Agent
Orange, yang digunakan secara besar-besaran oleh tentara As dalam perang
Vietnam.
Sumber :
http://radisharizkykharisma.blogspot.com/2014/03/tugas-softskill-tentang-penemuan-unsur.html
nice
BalasHapus